Kenapa, Kita harus melihat orang lain seperti apa yang ingin Kita lihat ?
Kenapa, Kita harus merasa wajib menjadi komentator atas hidup orang lain ?
Kenapa, Kita lebih suka berprasangka, daripada bertanya kebenaran hal yang bahkan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan diri Kita sendiri ?
Kenapa, Kita harus merasa wajib ikut menyelesaikan masalah orang lain tanpa diminta ?
Kenapa, Kita harus merasa lebih tahu segalanya dari orang lain ?
Kenapa, Kita lebih suka berbicara yang tidak penting, tidak Kita sadari sampai pembicaraan itu menjadi dosa dan menyakiti orang lain ?
Kenapa, Kita harus bersikap palsu ? berpikir palsu ? bermuka palsu ? berucap palsu ?
Kenapa, Kita katakan pada orang lain bahwa Kita adalah sahabatnya yang setia, padahal Kita selalu sedih melihat dia ‘melebihi’ Kita ?
Kenapa, Kita tidak pernah ingin sedikit saja mengerti perasaan orang lain atas tingkah laku Kita ?
Kenapa, Kita harus terpengaruh dengan sikap orang lain pada Kita ?
Kenapa, hidup Kita selalu diikuti oleh orang-orang menyebalkan yang jumlahnya tiada tara, yang membuat diri Kita mungkin akan bersikap menyebalkan juga ?
Kenapa, Kita harus hidup dengan ekspektasi yang dibuat orang lain ?
Kenapa ?
Kenapa ?
Kenapa ?